makalah al - qomah dan waiz al-qorni

disini saya akan membagikan ilmu tentang aswaja, mengenai materi qomah dan waiz al qorni.
makalah al-qomah dan waiz al-qorni , dimana disini sudah dibahas secara merinci dan ringkas..
oke gays, mari kita simak materi dibawah ini secara seksama dan nyaman gays..
  
BAB I
PENDAHULUAN


Adalah suatu kisah yang banyak memberikan pelajaran hakikat kasih sayang seorang ibu yang tiada batasnya. Walaupun pernah tersakiti oleh perbuatan anaknya, namun kasih sayangnya tak pernah luntur dan hilang, bahkan rasa ibanya dan cintanya kepada anaknya telah menghapuskan sakit hatinya.  Maka sekecil apapun peran seorang ibu adalah merupakan kebaikan yang nilainya jauh lebih besar dari dunia dan seisinya. Kisah ini sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi siapa yang selalu menyakiti dan mendurhakahi orang tuanya terutama ibunya.
Walaupun banyak yang meragukan kisah dalam hadits ini sebagai kisah yang diada-adakan dan pelakunya adalah sosok yang dibuat-buat, namun isi dari cerita ini menggambarkan hal yang harus dilakukan bagi setiap manusia harus  selalu berbuat baik kepada orang tua dan jangan mendurhakainya sebagaimana perintah Allah Swt berlepas dari itu semua ada yang kita bisa petik sebagai pelajaran berharga. 
BAB II
PEMBAHASAN
AL-QOMAH DAN UWAIS AL-QORNI

A.     AL-QOMAH
Dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada masa Rasulullah Saw ada seorang pemuda yang bernama Al-Qomah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin sholat, banyak puasa dan suka bershodaqoh.  Suatu hari dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah Saw untuk memberitahukan kepada beliau Saw tentang keadaan Al-Qomah. Maka Rasulullah Saw kemudian mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar Rumi dan Bilal bin Robah Ra untuk melihat keadaannya.
Rasulullah bersabda, “Pergilah ke rumah Al-Qomah dan talqinlah untuk mengucapkan Laa ilaha Illallah.”  Akhirnya mereka berangkat ke rumahnya. Ternyata pada saat itu Al-Qomah sudah dalam keadaan naza’. Maka segeralah mereka mentalqinnya, tetapi ternyata lisan Al-Qomah tidak bisa mengucapkan Laa Ilaha Illallah. 
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah Saw. Beliau bertanya, ”Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” Ada yang menjawab, ”Ada, wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua renta.” 
Maka Rasulullah Saw mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berpesan kepada utusan tersebut, ”Katakan kepada ibunya Al-Qomah, jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah, maka datanglah, namun jika tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya.”  Tatkala utusan itu sampai ke tempat ibunya Al-Qomah, dan pesan beliau telah disampaikan, maka dia berkata, ”Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah Saw.” Maka dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah Saw. Sesampainya di rumah Rasulullah, maka dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya, lalu Rasulullah, ”Wahai ibu Al-Qomah, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Sebab jika engkau berbohong maka akan datang wahyu dari Allah azza wa jalla yang akan memberitahukan (hal itu) kepadaku.
Bagaimana sebenarnya keadaan putramu Al-Qomah?” Sang ibu menjawab, ”Wahai Rasulullah, dia rajin  mengerjakan shalat, banyak puasa, dan senang bersedekah.” Lalu Rasulullah bertanya, ”Lalu bagaimana perasaanmu terhadapnya?” Dia menjawab, ”Saya marah kepadanya wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?” Dia menjawab,”Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya, dan dia pun durhaka kepadaku.”
Maka bersabda, ”Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Al-Qomah sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” Kemudian beliau bersabda, ”Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.” Si Ibu bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan.” Beliau menjawab, ”Saya akan membakarnya dihadapanmu.” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, saya tidak tahan apabila engkau membakar anakku dihadapanku.” Maka Rasulullah menjawab, ”Wahai ibu Al-Qomah, sesungguhnya adzab Allah azza wa jalla lebih pedih dan lama. Kalau engkau ingin agar Allah azza wa jalla mengampuninya, maka relakanlah anakmu Al-Qomah. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sholat, puasa, dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya.” Lantas sang ibu ini berkata, ”Wahai Rasulullah, Allah azza wa jalla sebagai saksi, serta semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridho kepada anakku Al-Qomah.”
Rasulullah pun berkata kepada Bilal Ra, ”Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Al-Qomah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum. Barangkali ibu Al-Qomah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari hatinya, atau barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Bilal pun berangkat, dan ternyata dia mendengar Al-Qomah dari dalam rumah mengucapkan Laa Ilaha Illallah. Maka Bilal masuk dan berkata, ”Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Al-Qomah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhonya telah menjadikannya mampu mengucapkan.”
Akhirnya Al-Qomah meninggal dunia saat itu juga. Kemudian Rasulullah Saw melihatnya dan memerintahkan agar dia dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau mensholatinya dan menguburkannya, dan di dekat kuburan itu beliau bersabda, ”Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshor, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah azza wa jalla, para malaikat, dan seluruh manusia. Allah azza wa jalla tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertaubat, dan berbuat baik kepada ibunya, serta meminta keridhoannya, karena ridho Allah azza wa jalla tergantung pada ridhonya dan kemarahan Allah azza wa jalla tergantung pada kemarahananya.”

B.     UWAIS AL-QORNI
1.      Sejarah Singkat Al-Qorni
Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
2.      Uwais Al-Qarni Pergi ke Madinah.
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
3.      Kejadian Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.




BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pemuda yang bernama Al-Qomah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin sholat, banyak puasa dan suka bershodaqoh.  Suatu hari dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah Saw untuk memberitahukan kepada beliau Saw tentang keadaan Al-Qomah. Maka Rasulullah Saw kemudian mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar Rumi dan Bilal bin Robah Ra untuk melihat keadaannya.
Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA



Ibnu Rajab Al Hambali, Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, (Mesir: Al Maktab Al Islami, 1428 H).

Syaikh Abdullah bin Sholih Al Fauzan, Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, (Beirut: Dar al Fikr, 1432 H).


0 Response to "makalah al - qomah dan waiz al-qorni"

Post a Comment