( Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Arab Pra Islam )
Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Dosen Pembimbing : Ika Trisnawati Alawiyah,M.S.I
Disusun oleh :
Septi Kholilla (13130052)
Eka Fitriani (13130012)
Jurusan : S1 Perbankan Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM) NU
METRO LAMPUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang berjudul “ Sejarah Perekonomian Pada Masa Arab Pra Islam”.
Rahmat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang selalu kita nantikan syafa’atnya kelak diyaumul akhir
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu penulis ucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Ibu Ika Trisnawati Alawiyah, M.S.I. , selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
2. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penulis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Metro, 14 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................... 2
1. ASAL-USUL BANGSA ARAB............................................................. 2
2. GEOGRAFI ARAB DI DUNIA............................................................. 3
3. NEGARA ARAB PURBA...................................................................... 3
4. PEREKONOMIAN ARAB PRA ISLAM.............................................. 5
5. AGAMA SOSIAL BUDAYA ARAB.................................................... 7
6. POLITIK DAN PEMERINTAHAN ARAB........................................... 8
BAB 3 PENUTUP............................................................................................... 10
KESIMPULAN................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Agama islam adalah agama yang lahir di tanah jazirah Arab. Selain agama islam di Timur Tengah Juga dilahirkan agama besar yaitu Yahudi dan Kristen. Ketiganya disebut juga sebagai agama langit atau agama wahyu. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus diketahui dulu bagaimana sejarah yang terjadi di tanah Jazirah Arab yang gersang dengan dikelilingi gurun pasir dan bagaimana cara masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya sebelum agama Islam datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Bangsa Arab
Secara etimologi kata Arab berasal dari kata ‘araba yang berarti bergoyang atau mudah terguncang, ibarat kereta kuda di jalanan buruk. Kata ini berubah menjadi kata ‘irab karena mereka memiliki temperamen yang panas dan emosi yang labil.[1]
Bangsa Arab maupun Israel termasuk dalam rumpun bangsa semit atau Samyah. Nabi Ibrahim dianggap sebagai cikal bakal dari rumpun bangsa itu yang diduga berasal dari Babilonia. Dari perkawinannya dengan dua wanita Nabi Ibrahim mendapatkan dua putra laki-laki yang keduanya menjadi Nabi. Dari masing-masing putra itu diturunkan dua bangsa berbeda, yaitu Arab dan Israel. Bangsa Arab diyakini diturunkan dari garis Nabi Ismail yang merupakan hasil perkawinan nabi Ibrahim dengan Hajjar. Perkawinan itu atas saran dari istri pertamanya Sarah, karena dia tidak menghasilkan putra. Namun iri hati seorang wanita kemudian menguasai pertimbangan sarah, ketika menyaksikan Hajjar memberikan purta yang bernama Ismail. Kemudian mereka diusir dari Madyan. Lalu mereka membuka pemukiman baru dilembah Bakkah yang kemudian bernama Mekkah. Tidak lama kemudian Sarah hamil dan Melahirkan Ishak yang diyakini sebagai nenek moyang bangsa Israel.
Secara fisik bangsa Arab tidak menunjukkan bentuk yang tungga, karena terdapat variasi yang berkaitan dengan lokasi. Di Arab Utara fisik mereka mirip dengan orang Eropa, yang memiliki warna rambut yang kemerah-merahan, agak bergelomban, dan warna kulit agak cerah. Di Arab Tengah fisik mereka agak tambun, warna kulit cerah, rambut bergelombang dengan warna hitam. Sedangkan orang Arab Selatan memiliki bentuk hidung mancung dan melengkung, bagai patuk burung elang, pipi menonjol, mata tajam agak terlindung tulang dahi. Rambut hitam bergelombang dengan kulit yang agak kelam.[2]
B. Arab dalam Geografi Dunia
Jazirah Arab merupakan daerah gurun pasir yang luas. 650 mill lebar dan 1300 mill panjang. Dibatasi oleh laut pada tiga sisi terbentang yang tak tertembus antara dua pusat peradapan manusia yang tertua, lembah sungai Nil dan lembah sungai Tridis, Efrat. Ia merupakan rintangan yang tak teratasi lebih dari pasir membakar dan karang yang tandus. Daerah pedalaman hanya didiami oleh suku-suku Badawi yang berpindah-pindah tempat dengan gembalaan mereka yang kurus-kurus yang mencari makan dari padang rumput yang langka.[3]
Berbagai bukti diatas memperkuat anggapan bahwa jazirah Arab sulit dbayangkan sebagai tempat kelahiran sebuah agama dunia, yang nantinya sebagai sebuah peradapan besar, yaitu Islam. Jazirah Arab adalah sebuah kawasan padang pasir, dengan unta sebagai kendaraan pengangkut utama, kuda Arab sebai tunggangan paling gagah dan cepat untuk mencapai mobilitas tinggi.[4]
Iklim kawasan Arab yang terletak didaerah subtropik itu ditandai dengan berbagai gejala alam sebagai berikut. Angka jatuh hujan sangat rendah, sehingga udara terasa kering. Padahal suhu udara sangat tajam, antara suhu terendah 150C dimalam hari, hingga suhu tertinggi 150C disiang hari. Sebagai akibatnya bebatuan dalam tenggang waktu yang amat lama berubah menjadi padang pasir. Disana tidak pernah ada sungai-sungai besar, kecuali beberapa kali gurun yang dalam musim tertentu saja ada air, kemudian semacam diserap pasir gurun dan hilang.[5]
C. Negara Arab Purba
Istilah arabia hanya digunakan bagi negeri-negeri dikawasan jazirah Arab, yang dalam bahasa Turki dikenal dengan nama Arabistan secara sosial negara Arabistan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Arab Utara, Arab Tengah, dan Arab Selatan.[6]
1. Arab utara
yaitu posisi negeri yang berada menghadap laut tengahTeluk Persia yang membentang dari India ke laut Adriantik.selama abad XI SM pengaruh kerajaan kuno Asyiria dan Babilonia telah lebih dahulu masuk ke Arab Utara itu.di banyak negara Arab dikenal sebagai penduduk yang masih liar, belum menetap dan belum membentuk komunitas yang teratur. Pada abad ke VII SM pengaruh Persia memasuki Arab Utara yang menggantikan pengaruh sebelumya.
Abad III tampaknya merupakan saat yang paling membanggakan bagi dunia Arab, karena bisa berhasil mendirikan komunitas teratursebagai negara kota dengan nama Petradan Palmyira. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan peninggalan reruntuhan kedua negara kota tersebut. Keduanya digambarkan sebagai negara-neraga yang makmur. Itu sebabanya Petra menjadi tempat persinggahan khalifah dagang Mesopotamia dalam perjalanan ke Arab selatan dan sebaliknya. Kedua negara itu akhirnya dapat ditaklukan oleh negara luar, penaklukan bermula dari serbuan Raja Haitth dari Petra ke Palestina. Sebagai akibatnya Romawi melakukan intervensi, karena Petra termasuk daerah pengaruh dari Romawi. Namun baru pada abad ke I SM Romawi baru bisa menundukkan seluruh Arab Utara.
2. Arab Tengah
Arab tengah merupakan kawasan di Arabistan yang belum terjamah oleh pengaruh asing. Tidak berarti kawasan tersebut tak dikenal, karena kawasan Arab Tengah juga menjadi tempat persinggahan khalifah dari Persia ke Yaman, dan sebaliknya.
Kawasan Arab Tengah berpusat didaerah Gurun Pasir Najed dengan empat kota utama, yaitu Mekah, Yatrib, Taif, dan Jeddah yang merupakan kota pelabuhan dipesisir Laut Marah. Mekkah menjadi tempat pemukiman yang ramai dibuka pertama kalinya oleh Nabi Ibrahim as. Beserta istrinya Hajjar, ketika mereka harus pindah dari Madyan Selatan. Tanak cekungan Bakkkah itu kemudian menjadi kota Mekkah yang ramai dan menjadi kota dagang. Disamping itu, kota tersebut juga menjadi pusat budaya, karena Nabi Ibrahim telah membangun untuk pertamakalinya sebuah rumah Tuhan dengan nama Ka’bah. Untuk selanjutnya Ka’bah menjadi pusat para sastrawan Arab memamerkan hasil karya mereka dalam festifal tahunan.
3. Arab Felix
Arab Felix artinya Tanah Arab yang berbahagia. Sebutan itu diberikan oleh berbagai kekuatan asing yang sangat mengagumi kondisi alam yang baik dengan iklim yang baik pula. Seperti halnya kawasan Arab Utara, kawasan inipun menjadi perebutan pengaruh kekuatan asing. Sejak abad X SM kawasan ini sudah merupakan kawasan makmur dan berbudaya tinggi. Kemudian pada abad ke V tercatat ada dua negara makmur, yaitu Mar’in dan Saba.
Pada Abad I SM pasukan Aelius Galius dari Romawi berhasil menduduki kawasan Arab Felix meskipun dengan waktu yang cukup singkat, selanjutnya serbuan dari Raja Ethopia di abad ke IV. Dan pada abad ke VI Abbesenia menjarah dan menguasai Arab Selatan. Namun beberapa puluh tahun kemudian Persia berhasil menggeser kedudukan di Arab Selatan. Demikaanlah nasib Arab Selatan yang berganti-ganti kekuasaan dari pengaruh asing. Faktor lain yang menjadikan Arab Selatan tenggelam dari percaturan dunia ada tiga hal. Pertama adalah berbagai serbuan dan berkecamuknya perang. Kedua adalah perubahan iklim dunia yang menyebabkan Arab Selatan menjadi Gersang. Dan ketiga karena terjadinya krisis moral warganya.
D. Perekonomian Arab pra Islam
Sebelum kedatangan Islam, orang Arab pengembara hanya memiliki kepedulian sejarah yang sangat terbatas. Orang Arab perkotaan bahkan tidak memiliki informasi yang lebih baik mengenai sejarah. Mereka sama sekali tidak tertarik kepad sesuatu yang berada diluar lingkunagn langsung. Mereka sadar bahwa dalam kehidupan padang pasir suku-suku bisa saja timbul dan tenggelam. Mereka melihat suku-suku akhirnya melemah dan menghilang. Sementara suku-suku yang lainya semakin membesar dan penting. Seperti yang kita pelajari dari Al-qur’an tentang suku-suku ‘Ad tsamud yang telah punah. Bahkan kesejarahan yang dikenal orang Arab pra islam sebagian besarnya dalam bentuk kisah hari-hari orang Arab yang pada dasarnya merujuk kepada hari-hari dimana terjadi pertempuran-pertempuran penting. Sehingga orang arab lebih banyak berfikir dalam istilah generasi-generasi ketimbang tahun atau dekade.[7]
Jazirah Arab merupakan daerah gurun pasir yang luas. 650 mill lebar dan 1300 mill panjang. Dibatasi oleh laut pada tiga sisi terbentang yang tak tertembus antara dua pusat peradapan manusia yang tertua, lembah sungai Nil dan lembah sungai Tridis, Efrat. Ia merupakan rintangan yang tak teratasi lebih dari pasir membakar dan karang yang tandus. Daerah pedalaman hanya didiami oleh suku-suku Badawi yang berpindah-pindah tempat dengan gembalaan mereka yang kurus-kurus yang mencari makan dari padang rumput yang langka.[8]
Dalam keadaan yang terus-menerus dirongrong oleh alam yang kejam, mereka menyembah pohon,batu karang dan roh serta memuja dewa-dewa primitif.
Hanya disana-sini terlentang didaerah gersang ini sebuah jalan tunggal yang tidak jelas dan sukar dapat ditempuh. Perdagangan lazimnya memilih jalan yang terpendek tidak menggunakan jalan gurun pasir tersebut melainkan mengitari ditimur dan selatan melalui laut, dibarat melalui laut dan daratan, dan dengan demikian menghubungkan jalan kalifah utara melalui tanah genting Suez terus ke Palestina dan Suriah.
Perdagangan ini sudah menjadi penting. Dunia yang dikenal pada waktu itu lebih kecil dari dunia saat ini dan terutama terdiri dari daerah yang berbatasan dengan laut tengah dibarat dan di timur atas daerah-daerah pinggiran selatan Asia dengan Indonesi dan Thiongkok di ufuknya. Jazirah Arab terletak antara dua belahan dunia sebagai yang dikenal pada waktu itu sehingga perdagangannya merupakan pertama-tama adalah perdagangan transit suatu hal yang dapat dimengerti. Perdagangan ini membawa kemakmuran, teristimewa kepada Yaman yang ada di daerah barat Jazirah Arab yang merupakan pusat kapal lalu lintas India.
Daerah termasyur akan rempah-rempahnya ini menarik banyak pedagang asing ; orang Yahudi dan Kristen telah menetap disana dan untuk masa yang lama dikuasai oleh Ethopia Kristen. Penduduk kota yang terletak lebih utara ikut mengecap kemakmuran perdagangan ini. Salah satunya kota Mekkah yang terletak dijalan kafilah laut merah dari Yaman ke Suriah.[9]
Jadi perekonomian arab pra islam meliputi:
a) Bangsa arab adalah bangsa dengan kehidupan berdagang
b) Suku quraisy adalah suku asal Nabi Muhamad dan pemegang otoritas
c) penjaga ka’bah dan suku paling dominan dan berpengaruh termasuk dalam kegiatan perniagaan. Mereka sangat piawai dalam melakukan syirkah maupun murabahah.
d) Ekpensi dagang di lakukan sangat luas dan mereka menggunakan alat bayar kredit. Mereka terbiasa melakukan transaksi ribawi.[10]
E. Agama Budaya dan Sosial Arab
Sebelum Islam lahir dan dikembangkan di kawasan padang pasir Nejed yang melingkupi Mekkah dan Madinah disana telah berkembang agama Yahudi maupun Nasrani. Namun orang-orang pribumi masih banyak memeluk keyakinan penyembah berhala, yang terutama dipeluk oleh orang-orang Arab dari kabilah Quraisy di Mekkah. Dalam literatur Islam mereka disebut sebagai orang-orang musyrik penyembah berhala,karena keyakinana mereka berdasarkan kepada kepercayaan akan adanya lebih dari satu tuhan, yaitu Al-lat, Al-Uzza, Al-Manat.
Mata pencarian orang Quraisy yang utama adalah berdagang. Sesuai dengan pergantian waktu dan m5usim mereka berkunjung ke kota-kota yang tersebar dari Siria di sebelah utara ke Yaman di sebelah selatan. Kemudian mereka kembali ke Mekkah atau Madinah, dalam mobilitas mereka yang tinggi itu mereka masih ingat pada tuhan sesembahan mereka. Oleh karena nya mereka tetap membawa patuh-patung berhala yang terbuat dari bahan roti. Cara semacam itu sesuai dengan sifat mereka yang praktis. Berhala-berhala itu selain dijadikan sebagai sesembahan, sekaligus dapat dimakan kalau mereka merasa lapar.
Sistem sosial masyarakat Arab mengikuti garis bapak ( Patrinial ) dalam perhitungan keturunan, sehingga setiap nama anak dibelakangnya selalu disebutkan nama bapak. Bahkan secara beruntun nama bapak-bapak mereka dicantumkan dibelakang nama mereka dan dikaitkan dengan status dalam keluarga, yaitu bin yang berasal dari kata ibnu yang berarti anak laki-laki. Bagi perempuan tentu saja disebutkan binti, yang berarti anak perempuan. Orang Arab sangat bangga dengan rentetan nama dibelakang nama mereka. Dalam senuah kabilah atau suku bangsa mereka terikat oleh nama bapak moyang mereka yang sangat dihormati.
Selama masa kenabian Muhammad saw. dan masa khulafak ar rosyidun, sistem kabilah dalam pola masyarakat hilang, karena kepemimpinan masyarakat dalam dunia Islam dilakukan dengan cara pemilihan. Khalifah Ali bin Abi Tholib sebagai kholifah terakhir bernasehat yang terkenal berbunyi “Generasi muda jangan menggantungkan pada martabat leluhurnya, sebaiknya tunjukkan kwalitas diri sendiri ’’. namun setelah Ali bin Abi Tholib mengakhiri masa kepemimpinannya masyarakat kembali menganut sistem kabilah yang mengutamakan garis keturunan.[11]
F. Politik dan Pemerintahan Arab
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Arab terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang hidupnya nomaden, atau selalu berpindah-pindah tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan mereka yang hidupnya sudah menetap dengan mata pencahariannya secara mayoritas sebagai petani atau pedagang. Tapi, baik yang nomaden maupun yang menetap hidup dalam budaya yang sama, yaitu budaya kesukuan. Hubungan politik yang terjadi di antara mereka sangat menekankan rasa kesukuan ini, di mana loyalitas dan solidaritas kepada suatu suku merupakan sumber kekuatan bagi suku tersebut. Oleh karena itu di antara mereka kerap terjadi peperangan.
Perang-perang ini sering terjadi karena adanya perselisihan dalam memperebutkan kepemimpinan dan persaingan dalam memperebutkan sumber mata air dan rumput untuk binatang gembalaan. Di antara sekian banyak perang, Hasan Ibrahim Hasan menyebut 3 (tiga) perang yang menurutnya sangat terkenal, yaitu perang Al Basus, perang Dahis dan Ghubara’, dan perang Fijar.
Peperangan yang terjadi terus menerus ini secara tidak langsung berakibat pada rendahnya kualitas kebudayaan dan peradaban mereka di mana mereka tidak mengenal budaya tulis menulis yang pada akhirnya peristiwa-peristiwa sejarah yang mereka alami pun tidak banyak diketahui.
Berkaitan dengan hal ini, Hasan Ibrahim Hasan mengatakan bahwa kurang dikenalnya sejarah kuno bangsa Arab disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor politik dan faktor budaya. Pada faktor sosial politik, sifat masyarakat Arab yang secara mayoritasnya adalah nomaden ini pada umumnya tidak memiliki kesatuan politik. Mereka hidup berpisah antara kabilah yang satu dengan yang lainnya dan di antara mereka kerap terjadi permusuhan dan tidak mempunyai raja yang kuat. Pada faktor budaya, mayoritas mereka tidak mengenal budaya tulis menulis, sehingga peristiwa-peristiwa yang mereka alami tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan.
Dalam kondisi politik seperti disebutkan di atas, bangsa Arab tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang kita kenal sekarang ini, terutama dalam bidang yudikatif dan pertahanan dan keamanan (hankam). Dalam bidang yudikatif, mereka tidak memiliki peradilan, tempat memperoleh kepastian hukum tentang suatu kasus atau memvonis suatu pelanggaran. Dalam tatanan masyarakat Arab kuno, orang yang teraniaya secara langsung melakukan pembalasan kepada orang yang menganiayanya dan kabilahnya jika tindakan penganiayaan itu dianggap membahayakan, atau jika yang berbuat aniaya telah membayar ganti rugi dengan kesepakatan kedua suku, pihak teraniaya tidak berhak menuntut pembalasan atas tindakan aniaya yang diterimanya. Sedangkan dalam bidang hankam, mereka tidak mengenal sebutan polisi seperti yang kita kenal sekarang sebagai pelindung masyarakat dan penjaga keamanan negeri dari bahaya dari luar. Kondisi ini, sebagaimana ditulis Hasan Ibrahim Hasan, tidak berbeda dengan yang terjadi di lingkungan masyarakat Jerman pada abad pertengahan.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa bangsa Arab kuno sepanjang sejarahnya tidak memiliki peradaban yang tinggi. Karena, selain keadaan politik yang telah diuraikan di atas jazirah Arab juga mengalami masa-masa kejayaannya sebelum kehadiran Islam.[12]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologi kata Arab berasal dari kata ‘araba yang berarti bergoyang atau mudah terguncang, ibarat kereta kuda di jalanan buruk. Kata ini berubah menjadi kata ‘irab karena mereka memiliki temperamen yang panas dan emosi yang labil. Dipesisir penduduk Arab memanfaatkan laut untuk mata pencarian sebagai nelayan. Mata pencarian utama lain penduduk adalah berniaga antarkota, yang bergerak dari Siria di utara sampai ke Yaman di selatan. Rumah-rumah penduduk yang lebih menetap didirikan disekitar lereng bukit di pinggiran kota bagaikan kubus-kubus dari batu-batu dan tanah liat. Sekarang, setelah ditemukan sumber-sumber minyak, terutama dipesisir Laut Persia, banyak mengubah pola pencarian penduduk Arab. Masyarakat Arab berubah menjadi sangat makmur dan banyak mendapat subsidi dana dari pemerintah Saudi. Efek lain dari diekploitasinya sumber-sumber minyak, posisi kaum ningrat Arab yang terdiri dari Dinasti Saudi menjadi makin kuat. Mereka tinggal di bagian-bagian kota yang indah lengkap dengan bangunan-bangunan modern.
DAFTAR PUSTAKA
William Montgomey Watt, Taufik Adnan Amal. 2001 . Fundamental Islam dan Modernitas . Jakarta : Raja Grafindo Persada
Anas Ma’ruf . 2000 . Sejarah Ringkasan Islam . Jakarta : Djambatan
Abu Su’ud . Islamologi . Jakarta : Rineka Cipta
[2]Ibid.,hal 15
[3]Anas Ma’ruf . 2000 . Sejarah Ringkasan Islam . Jakarta : Djambatan.hal 6
[4]Op.Cit.,hal 7
[5]Ibid.,hal 8
[6]Ibid.,hal 9
[7]William Montgomey Watt, Taufik Adnan Amal. 2001 . Fundamental Islam dan Modernitas . Jakarta : Raja Grafindo Persada.hal 29
[9]Op.Cit.,Anas Ma’ruf. Hal 7
[11] Op.Cit.,Abu Su’ud hal 17-18
[12] Ibit., hal 20-21
SAYA IBU SRI HASTUTI DARI MEDAN,
ReplyDeleteDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KI LANTORO DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KI LANTORO DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI LANTORO…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI LANTORO<=…
>>>082-310-352-761<<<